Minggu, 07 Januari 2018

Jujur Yang Terbaik

Suatu pagi di salah satu universitas terkenal di Jambi. Tepatnya di jurusan hukum, seorang anak yang rajin, giat, dan aktif di beri amanah besar oleh kakak tingkatnya. Ia dipercaya untuk mngumpulkan uang  sebesar 140.000,- untuk membayar Almamater jurusannya. Hari demi hari ia selalu lewati dan tak terasa uang yang dikumpulkannya sudah begitu banyak. Namun, nafsu menggodanya. Kebetulan pada waktu itu uang jajannya habis. Maka ia langsung berkata "ah, tidak mengapa aku mengambil uang ini sedikit" sembari mengambil uang sebesar 100.000. Karena sudah melakukan satu kali, ia pun ketagihan untuk mngambil uang-uang tersebut. Lalau, disuatu pagi anak itu diminta untuk membayar uang muka dari bayaran Almamater tersebut. Maka ia khawatir. Sedang uangnya hanya tertinggal 500.000. Tapi dia seorang yang cerdik ia meminta uang muka sama teman-temannya sebesar 50.000 untuk awal pembayaran. Itu berlaku untuk yang belum membayar. Al-hasil, uang pun terkumpul sebesar 1.100.000. Dengan itu ia selamat. Nmun pada periode berikutnya sebelum Almamater itu diambil. Maka seorang harus membayar lunas semuanya. Maka di bayarlah oleh mahasiswa sejurusannya. Namun, nafsunya berkata lagi "eh itu kan masih lama, masih ada satu bulan lagi menjelang pembayaran nya, ambil ajalah sebagian"
Lalu dilihat lah olehnya uang itu. Masih "masih banyak kok" batin buruknya berkata. Lalu apakah yang terjadi. Uang itu sedikit demi sedikit habis. Tiba waktunya ia di pinta oleh kakak seniornya untuk membayar almamater. Ia khawatir dan hati nurani nya berkata "makanya, kamu itu harus jujur". Karena tidak ada opsi lain ia mengubungi kakak iparnya. Apalah daya ia tidak memegang uang sepeser pun. Lalu ia hubungi kakak kandungnya. Dan mendapat respon. Melalui telepon genggam, ia menceritakan semuanya. Namun yang anak itu ceritakan hanya bagian umum. Yaitu untuk membayar almamater. Hal itu benar, namun ia menutupi bahwa ia telah memakai uang yang dipegangnya itu. Lalu ibunya berkata dari seberang sana "jujur saja nak, ibu tau ada yang engkau tutup-tutupi, ibu tidak marah asalkan engkau jujur". Akhirnya ia mengatakan sebenarnya sambil meneteskan bening-bening dari kelopak matanya. Ia mengakui dia salah. "Satu pelajaran ya nak, lain kali janganlah engkau enggan untuk meminta dan berkatalah jujur. Jika itu demi kuliahmu ibu tidak lah mengapa. Asalkan engkau jujur, sebesar apapun ibu bantu"Tutur ibunya. Bertambah lah haru serta penyesal yang begitu memukul hati kotornya. "Ialu ia berjanji tidak akan berbohong lagi dan tidak akan mau diberi amanah apapun dari teman-temannya, cukup kuliah dan urus kuliahnya saja" bathinnya berkata. Semejak itulah anak itu tidak berani untuk berbohong lagi. Lengkaplah cerita hidupnya. Karena banya hal yang menutupinya dari cahaya selama ini. Dan sekarang semua yang menghalanginya itu sudah hilang. Hingga hanya ada cahaya dihatinya.

Pelajaran: "jangan kalian berbohong. Sepandai apapun engkau berbohong pasti akan ketahuan juga. Jangan memikul apa yang belum pantas engkau pikul"

0 comments: