Rabu, 20 April 2022

Semakin Kesini Kita Semakin Kesana


Saat kita sedang duduk termenung di sore hari. Menatap indahnya senja yang muncul hanya untuk sementara. Saat itu juga kita sering berpikir bahwa apakah hidup yang sudah kita jalani ini sudah benar? Hingga terkadang kita menganggap hidup kita sangat kacau sehingga membuat kita selalu bersedih. Karena ada banyak hal yang kita rencanakan tidak tercapai. Membuat kita putus asa seketika. 

Beberapa kali kita meyakinkan diri kita untuk bangkit lagi. Tapi ada saja orang-orang di sekitar yang menjatuhkan dengan berkata 'lebay', 'sok sedih', hingga ada yang berkata 'seperti hidup dia aja yang sedih mulu'. Percaya atau tidak kata-kata itu terkadang membuat kita tambah down dan sulit bercerita kepada orang lain. Kita akan cenderung berpikir bahwa tidak ada gunanya bercerita pada orang lain. Toh akhirnya kita akan diabaikan juga. 

Jangan begitu saudaraku! Perlu diketahui bahwa tidak semua orang demikian. Jadilah manusia positif baik dalam berkata, berbuat, hingga diam mu pun harus menjadi hal yang positif. Anggap saja perkataan-perkataan orang yang demikian menjatuhkan kita sebagai tangga yang rapuh dan mudah patah. Kita hanya perlu memperbaiki yang patah tersebut. Dengan apa kita memperbaikinya? Dengan cara menganggap perkataan negatif mereka tidak penting. Walaupun terdengar tidak menyenangkan di telinga kita, ada baiknya kita membalasnya dengan mendoakannya kembali dengan doa-doa yang baik. 

Mengapa penulis buat judul tulisan ini semakin ke sini kita semakin ke sana? Kiasan yang tepat untuk kalimat ini ialah terkadang kita yang menganggap hal baik itu dekat dengan kita ternyata masih jauh. Kebaikan yang kita anggap baik dan kita lakukan selama ini bisa jadi kebaikan yang tidak hakiki. Untuk memandang sesuatu itu baik, kita perlu memandang diri kita sendiri untuk sejenak melakukan penilaian atau yang lebih kita kenal dengan introspeksi diri. Apakah diri kita sendiri sudah benar-benar baik? Atau hanya baik dalam anggapan kita sendiri? Mengapa yang kita lakukan, kita anggap itu adalah hal yang baik tapi masih saja banyak orang yang menganggapnya tidak baik? Jawaban yang bisa saja membuka hati kita ialah kita memandang kebaikan itu dari segi keangkuhan kita. Sehingga membuat diri kita lupa kebaikan yang sesungguhnya. 

Lalu apakah perlu kita merubah kembali konsep kebaikan yang ada dalam diri kita? Sebagai seorang manusia yang berakal, berbudi luhur, agamis, dan berketuhanan. Tentu ini sangat penting, karena jangan sampai nanti kita menganggap diri kita sudah berbuat baik namun melukai banyak orang. Contoh yang banyak kita temui adalah kebaikan sedekah. Saat ini ada banyak orang yang bersedekah. Hal itu sangat baik, namun ketika orang tersebut mengekspos sedekahnya tersebut di sosial medianya. Tentu hal ini akan membuat malu orang yang menerima sedekah tersebut. Itu sebabnya amal ibadah sedekah kita kurang afdhal. Karena di sisi kita berbuat kebaikan, ada hati yang dibuat malu akan sedekah yang diberikan. Timbullah rasa sakit hati bagi sang penerima yang seharusnya menerima dengan senang hati, namun karena kesusahannya tereksplor. Membuat malu dirinya yang tidak mampu dan tidak berkecukupan tersebut.

Ada banyak makna dari 'makin ke sini kita makin ke sana'. Riya' juga salah satunya. Beribadah namun menginginkan pujian dari makhluk-makhluk bumi. Seolah-olah dialah yang paling ahli dalam beribadah, dialah yang paling ahli dalam menjelaskan ilmu-ilmu agama, ialah yang paling ahli dalam berdakwah. Hingga lupa esensi dari semua yang telah dilakukan tersebut yakni mencari Ridho Ilahi. Banyak orang terkecoh dengan kebaikan-kebaikannya sendiri. Sehingga ia merasa dekat dengan Sang Ilahi nyatanya sangat jauh dari Sang Ilahi. 

Oleh karena ini penting bagi kita untuk merevisi amal kebaikan yang kita lakukan. Jangan sampai ada keresahan saat kita melakukan amal-amal baik tersebut. Sekali pun untuk memberi nasihat kepada orang lain. Niatkanlah dalam hati bahwa seluruh amal kebaikan yang kita lakukan hanya untuk Ilahi Robbuna wa Robbul 'Alamin. Makan kesedihan kita saat senja hadir tidak akan menjadi vibes sedih, tidak akan menjadikan kita galau terus-menerus, bahkan perkataan negatif yang orang lain lontarkan sebagaimana penulis jelaskan di awal. Tidak akan terasa menyakitkan di hati kita. Sebab hati kita akan sangat tenang dan tidak akan peduli lagi dengan segala hal yang positif maupun negatif selain hanya peduli akan ridho dari Sang Khaliq untuk mendapatkan jalan yang lurus dan itu akan membuat jiwa kita menjadi Nafs Muthmainnah (Jiwa Yang Tenang).

Semoga tulisan ini bisa memberikan motivasi bagi kita yang jarang introspeksi diri. Penulis pun juga sering melakukan hal-hal yang salah. Oleh sebab itu, penulis memohon ampun pada Tuhan Yang Maha Esa dan mohon maaf kepada para pembaca sekalian. Apabila ada hal-hal yang keliru dalam tulisan ini. Marilah sama-sama belajar dan menasehati lillahita'ala. Semoga Tuhan mengampuni dosa kita semua. Aamiin.

0 comments: