Sabtu, 06 Januari 2018

,

Cerpen Pencerah

Suatu malam. Seorang lelaki sedang browsing internet dan melihat-lihat akun facebook yang sedang aktif. Dia melihat seseorang sedang meminta pertemanan dengannya. Di konfirlah permintaan itu. Tidak lama itu, orang itu mengirim messanger ke lelaki itu.
"Assalamualaikum" seseorang yang di akunnya bernama Anisa mengirim pesan itu lewat facebook.
"Waalaikumsalam" Jawab lelaki berinisial Z itu.
"Salam kenal ya akhi" Kembali pesan dikirim lewat facebook nya.
"Iya. Emang kamu dari mana?" Z bertanya-tanya.
"Aku dari surabaya" jawab Anisa
"Kalau boleh tau kamu kuliah ya?" Tanya Z lagi karena tingkat penasarannya yang tinggi.
"Belum. Aku masih mondok di Surabaya" jawabnya dengan emoji tersenyum.
"Ya udah kalau gitu"
Beberapa menit tidak ada balasan.

Semakin hari mereka berdua semakin dekat. Bahkan mereka berniat untuk ta'arufan.

Singkat cerita, hampir setiap malam Anisa menghubungi Z dan membicarakan banyak hal dalam hidupnya. Sesekali ia memberi nasehat-nasehat kepada Z. Z begitu bahagia karena karakter Anisa sangat terlihat siap untuk membangun rumah tangga. Bahkan Anisa sangat mengerti tentang Z dan selalu perhatian. Semakin hari Z sangat mendambakan Anisa lah yang kelak menjadi pendamping hidupnya. Anisa berjanji bulan Oktober awal ia akan menemui Z di kotanya. Namun lama Z menunggu tak kunjung datang. Lalu pesan singkat masuk.
"Sayang, maaf aku gak bisa ke kota kamu soalnya Abi ada urusan di luar kota, dia juga bilang kalau mau liburan akhir semester aja" pesan singkat masuk.
Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa Anisa jatuh sakit. Setelah mengetahui Anisa sakit hati Z tidak menentu. Ingin rasanya ia menyusul ke Surabaya. Namun apalah daya, ia hanya anak seorang petani dan mustahil bisa pergi ke luar kota. Satu minggu Anisa mengabarkan bahwa ia sudah sembuh walaupun masih ada rasa sakit. Semejak itu, jarang terdengar kabar dari Anisa walaupun Z terus menghunungi Anisa. Z tidak pernah putus asa karena ia selalu berhusnudzan sama Anisa. Namun Pergantian tahun menyapa. Anisa juga belun terdengar kabarnya. Z semakin resah, hingga akhirnya ia sada apa yang diharapkan nya itu hanyalah manusia bukan tuhannya. Seketika itu ia berhijrah dan selalu berjalan untuk mencari kekasihnya itu.

"Aku Telah Banyak Mengalami Kepedihan, Dan yang Paling Pedih Ialah Berharap Kepada Manusia"(Sayyidina Ali.r.a)

0 comments: