Jumat, 22 April 2022

Tertipu oleh Iming-Iming di Bulan Ramadhan


Allah SWT menciptakan hamba-Nya tidak lain ialah untuk menyembah kepada-Nya. Mengabdikan diri kita kepada Allah SWT adalah hal yang wajib. Oleh karena itu, kita harus benar-benar serius dalam beribadah. Tidak hanya sampai pada sarius dalam hal melakukannya, tapi juga dengan niat yang kita ucapkan. Sebagaimana Allah SWT yang telah menciptakan kita sebagai Khalifah di muka bumi ini agar kita bisa menjaga nilai-nilai kehidupan dalam keseharian. Baik itu dalam beragama, bernegara, dan berkemanusiaan.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang pahalanya dilipatgandakan. Oleh karenanya banyak orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa beribadah dengan sebanyak-banyaknya agar mendapatkan keberkahan bulan suci ini. Ada yang melakukannya dengan Tadarus, ada yang melakukannya dengan Dzikir, ada yang melakukannya dengan sholag sunnah. Intinya dalam bulan Ramadhan yang suci itu banyak orang yang berlomba-lomba memperbanyak ibadahnya. Semua tidak lain ialah keutamaan yang diberikan pada bulan ini yang tidak bisa ditemukan pada bulan-bulan lainnya. 

Namun pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya Ibadah yang kita lakukan seharusnya Lillahita'alah (untuk Allah SWT) saja. Bukan mengharapkan apapun dari-Nya. Itulah keafdhalan sesungguhnya. Sehingga dalam beribadah kita tidak hanya menahan diri dari haus dan lapar, perbuatan-perbuatan buruk, tapi Imam Al-Ghazali menyebutkan tingkatan ibadah paling tinggi itu ialah menahan diri dari selain Allah SWT. Tentu sejenak kita harus memikirkan hal ini. Apakah ibadah puasa yang kita jalankan selama ini mengarap Allah SWT atau kita hanya menginginkan pahala yang dilipatgandakan? Apakah saat ini kita membaca Al-Qur'an hanya untuk dihitung nilai pahalanya atau murni karena Allah SWT? Kita perlu memperhatikan bahwa nita kita dalam beribadah. Rasulullah Saw pernah bersabda 'sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya'. 

Sebagaimana pengantar awal tulisan ini, bahwa kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Mengabdikan diri kepada-Nya adalah suatu cara untuk mendapatkan Ridho dari Allah SWT. Oleh karena itu niat kita beribadah harus benar-benar murni untuk menggapai ridho Allah SWT. Dengan ini, marilah kita bersama-sama kembalikan lagi fitrah kita sebagai hamba Allah yang selalu berharap dan memohon kepada Allah bukan untuk pahala, bukan untuk surga, bukan juga karena takut neraka. Tetapi mengharapkan ridho Allah SWT. Kita ralat kembali niat-niat kita beribadah di bulan Ramadhan yang suci ini. Jangan sampai kita tergolong kepada orang-orang yang hanya mendapatkan haus dan lapar saja di bulan yang penuh berkah ini. 

Semoga tulisan ini membuka hati kita kembali sebagai penulis dan pembaca agar sadar. Bahwa ibadah yang ikhlas, murni hanya mencari ridho Allah SWT. Ikhlas tanpa mengharapkan apapun selain Allah dan hanya Allah lah yang Esa dalam niat kita. Anggap saja Pahala dan Surga itu hanya sebagai bonus hadiah dari Allah SWT kepada kita. Jadi konsep yang harus kita tanamkan yakni:

Jika kita beribadah mengharap ridho Allah SWT tentu pahala dan surga akan ada dihadapan kita. Namun jika kita beribadah mengharap pahala dan surga semata, maka belum tentu kita akan mendapatkan ridho Allah SWT.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah mengampuni semua dosa kita. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.

0 comments: