Kamis, 28 Juli 2022

Ini Bukan Pesan Ke-8


Adalah aku, yang selalu tak mengucap syukur atas nikmat Tuhan yang tak terukur.
Adalah aku, yang selalu berbuat salah dan selalu mengulanginya.
Adalah aku, yang senantiasa bangga dengan yang aku punya namun lupa dengan Tuhan yang meminjamkan.
Adalah aku, di mana orang-orang asik beramai-ramai, berkelompok-kelompok, dan aku hanya memilih menyendiri.
Adalah aku, yang tinggal di tengah hutan dan menyendiri. Menjauhi keramaian.
Adalah aku, yang setiap melihat segerombolan orang yang mengenalku, aku memutar balik dan menempuh jalan lainnya.
Adalah aku, yang senantiasa berduka entah atas dasar apa dan bagaimana bisa.
Adalah aku, yang berharap banyak pada dunia namun sering melupakan akhirat.
Adalah aku, yang selalu menyia-nyiakan kesempatan demi sesuatu yang ku anggap kebahagiaan. 

Aku telah kecewa dengan sangat banyak di dunia. Namun mengapa masih ada cinta sepersekian persen untuknya.

Aku telah mengotori cinta yang bersih dan suci dengan kalimat dusta dan hina.

Aku telah menjadi pelopor keburukan dengan membanggakan amal perbuatan yang baik saja.

Aku telah menjunjung tinggi berhala karena yang ku prioritaskan adalah hal yang berbentuk.

Secara tidak langsung aku menduakan tuhan dengan surga. Menduakan tuhan dengan pahala. Lalu aku bangga dan merasa mulia. Hingga seketika ada orang berbicara sedikit tentang ku aku merasa dijatuhkan.

Tuhan telah menampar dengan beribu kekecewaan. Namun aku bangkit dengan berjuta kecintaan. 

Tugan telah menghadirkan dunia yang fana. Namun aku acuh terhadapnya hingga lupa ada doa 'rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina 'azaban nar'

Hamparan hati yang luas akan terasa kosong jika tidak ada sesuatu yang dicintai di dalamnya. Perasaan yang mendalam tanpa batas tidak akan terkhianati jika ada ketulusan dan kesabaran di dalamnya.

Nurani memang berbeda dengan logika. Logika menuntut kita benar atau salah. Nurani menuntun kita untuk berperasaan dan merasa. 

Aku mencintai seseorang namun dia begitu meragukan ku. Aku memuja Tuhan namun manusia mengomentari itu. Aku beragama dengan penuh keyakinan tapi ibadahku mereka belenggu dengan kalimat yang tak seharusnya mereka lontarkannya.

Ada banyak keheningan yang aku nikmati di tengah-tengah hutan. Orang tua ku berpikir dan resah karena aku tinggal sendirian. Justru sunyi ini yang mengantarkan ku pada kedamaian. 

Terdapat beberapa bintang dan satu bulan. Juga terdapat beberapa rasa dan hanya pada satu orang. Inilah perasaan terdalam dalam kata 'sayang'

Dengan memeluk tanpa menyentuh. Dengan menatap dalam keadaan mata terpejam. Bermimpi dengan mata terbuka. Hingga bersanda pada angin yang lewat.

Aku bermaksud menyanjung mu, malah nyatanya aku merendahkan mu. Aku bermaksud mendekati mu, nyatanya aku membuat mu ilfil. Aku bermaksud memperdalam rasa untuk mu, tetapi tanda koma ku kau ganti dengan titik.

Inilah aku dengan berkali lipat salah san berjuta kali rasa duka yang tidak akan ada siapapun selain Tuhan yang mengetahuinya.

Terlalu banyak diam itu adalah malam. Terlalu berisik itulah siang. Terlalu indah itulah senja. Dan terlalu sejuk itulah pagi. 

Malam menyaksikan luka dan menutupi nya. Siang menyembunyikan jerit hati dengan bisingnya. Senja mengungkap janjinya. Juga pagi yang tahu bagaimana cara menyikapinya.


0 comments: