Minggu, 25 Juni 2023

Pesan Ke-21


Tidak ada kunci untuk membuka rumahnya maka akan sulit untuk masuk ke dalam. Terlihat dari gelembung pesan di WhatApp seorang wanita meminta bantuan untuk membuka rumah tersebut. Namun ketika bantuan datang, seorang wanita tersebut telah menemukan caranya sendiri. Pemberi bantuan hanya bisa membawakannya secangkir es. Ia juga membawa palu untuk membobol rumah tersebut. Namun lagi dan lagi pemberi bantuan tersebut selalu datang terlambat. Karena rumah tersebut sudah bisa dibuka, maka seorang wanita tersebut bergegas menyuruh laki-laki yang ingin membantunya tersebut pergi. Tapi laki-laki itu tetap senang, karena ia bisa melihat orang yang dicintainya secara langsung.

Ada suatu filosofi yang ada dipikiranku mengenai kunci rumah yang dibawa oleh orang lain. Pertama, wanita tersebut ingin mengambil berkas penting yang ada di dalam rumah tersebut. Berkas-berkas tersebut adalah berkas yang sangat berarti dalam hidupnya. Karena hanya itu satu-satunya yang bisa memberikannya jalan untuk kepentingan administratif kedepannya. Kedua, timbulah sebuah masalah dimana kunci rumah tempat berkasnya tertinggal tersebut dibawa oleh temannya. Hingga mau tidak mau wanita itu harus membobol rumah tersebut. Terakhir, wanita itu meminta bantuan pada kekasihnya walaupun datangnya terlambat, ia terlebih dahulu menemukan jalannya sendiri untuk membuka rumah tersebut.

Maknanya ada hal yang berharga dalam diri wanita tersebut, sehingga wanita tersebut menjadi sesuatu yang sangat penting bagi seorang laki-laki yang memilikinya. Lalu masalah bermunculan dikemudian hari adalah laki-laki itu bukanlah pemegang kunci hati wanita tersebut. Wanita tersebut telah menemukan kunci yang tepat untuk membuka segalanya dalam hidupnya. Terakhir wanita tersebut sudah cukup aman dan tentram. Bahkan bahagia dengan laki-laki yang pas. 

Bingung bukan membaca tulisan yang satu ini? Aku sengaja memperumit tulisannya dan berharap tidak ada yang tahu maksud dan tujuan aku menulis naskah ini. Kata orang, mengikhlaskan adalah puncak dari cinta yang sangat dalam. Sebab itu ia merasa bahwa dirinya dengan orang yang dicintainya tidak pernah berpisah sekali pun dalam lafadz maupun raga telah terpisah. Laki-laki yang benar-benar mencintai itu sebenarnya telah memasrahkan dirinya untuk tidak lagi terlibat dengan perasaan mana pun. Baginya hanya ada satu cinta, selain itu hanyalah rindu-rindu yang menjadi bumbu penyedap rasa dalam hidupnya. Bisa juga selain cintanya yang telah hilang, setelahnya ia hanya menemukan jalan yang akan selalu memutar balikkan ingatannya. Meski ia telah mengikhlaskan, namun ia akan belajar banyak dari masa lalu yang teramat indah. Ia akan memperbaiki yang kurang dengan orang baru, meski tidak semudah di awal ia jatuh cinta.

0 comments: