"Tidak ada yang mengikat kita. Kita mencintai bukan karena ikatan. Ikatan terlalu kecil untuk cinta kita yang begitu besar"
Belum ada kumandang azan, belum ada alaram. Tapi Dewa sudah terbangun karena mimpi buruknya terhadap Dewi. Ia bermimpi tentang Dewi yang pergi meninggalkannya kembali bersama mantan pacarnya. Entah kebetulan atau hanya firasat angin lalu. Seketika menjadi renungan bagi Dewa. Dilihatnya room chat mereka berdua semalam. Online hingga 23:49 WIB. Dia tidak mau menebak. Memang akhir-akhir ini Dewi sering sekali tidak peduli. Alasannya sih badmood. Dewa benar-benar tidak mengerti wanita dan kemauannya. Hingga pagi hari ia hanya duduk termenung sambil memikirkan mimpinya yang sangat mirip dengan kenyataan.
"Dewa ketemu yok di Taman Janda. Aku kange nih" Ajak Dewi dengan pesan singkat WA-nya.
"Beneran kan? kalau gitu sehabis maghrib aku jemput ya Dewiku sayang" cengingisan sendiri Dewa membalas chatting tersebut. Seperti seorang anak dijanjikan mendapatkan mainan baru kalau mendapatkan rangking di kelas.
"Oke Dewa. Aku tunggu kamu di sana ya" Menutup chat.
Tak berselang waktu akhirnya Dewa pergi dengan pakaian kemeja biru polos tapi ia sendiri tidak seperti warna bajunya "POLOS". Hingga sampai disana Dewa masih menunggu lama di Taman Janda tersebut. Hampir setengah jam akhirnya Dewi datang. Dia bersama seorang pria yang berperawakan jawa berkulit sawo matang dengan hidungnya yang sedikit mancung.
"Wi siapa dia? kok sama kamu." Tanya Dewa kebingungan melihat mereka berdua datang gandengan tangan seperti melihat manusia yang saling menyayat menggunakan silet.
"Inikan mantan aku Dewa, aku masih sayang sama dia. Rencana malam ini aku mau jalan sama dia. Kamu ikut nggak? atau kamu nunggu di sini aja baru kita ketemu lagi?"
"Hehe gitu ya Wi, iya deh selamat jalan-jalan aku mau pulang aja deh masih ada cucian baju di rumah." Dengan kecewanya ia mencari alasan agar bisa pulang.
"Wa, lo kok ngelamun. Udah pagi ini" Kejut Thaha menyadarkan Dewa yang lagi terbayang dengan mimpinya semalam.
"Hehe nggak kok Tha, aku cuma mikir aja mau nerusin kontrakan rumah atau tidak" Dewa ngeles.
Pecah suasana dan pecah juga hati Dewa teringat mimpi tersebut. Entah apa yang menjadi ia banyak pikiran. Lanjut ia melihat room chat Dewi. Ternyata nihil. Belum dibalas juga chat yang sudah hampir memenuhi room chat Dewi.
"Menunggu sebenarnya memang melelahkan, bosan, dan galau. Saat sang kekasih bertemu dengan tiga dimensi. Dimensi ruang, waktu, dan rindu. Saat sang kekasih menjumpai satu waktu saja yakni MASA LALU"
Hingga siang pikiran dewa tetap tidak bisa tenang. Seperti ombang yang ada di lautan selalu menghempaskan diri pada batu karang tersebut.
"Iya" jawab Dewi singkat dan padat namun tidak tepat. Tidak tepat dengan suasana hatinya yang bagaikan awan. Meleleh menjadi air.
"Kamu kemana sih chat aku nggak dibalas-balas"
"Nggak ada aku bosan aja dengan chattingan kita yang gitu-gitu aja"
"Iya deh kalau gitu aku minta maaf karena aku orang yang membosankan buat kamu"
"Hmm iya, emang kenapa?"
"Aku semalam bermimpi ketemuan sama kamu tapi kamu malah jalan sama mantan kamu" Dengan wajah sendunya yang tersembunyi dibalik emoji sedih.
"Itukan cuma mimpi" jawab Dewi enteng.
"Iya deh kalau gitu"
Seperti biasa chatting tidak dibalas lagi. Dewa tidak pernah berharap dibalas, dia hanya penasaran dengan mimpinya semalam. Ingin dikupas tapi sangat ditakutinya. Nanti benar-benar terjagi gimana? gumam Dewa dalam hati.
perasaan yang tidak tenang terus-terusan menghantui Dewa. Hingga saat ia pergi bersama teman-temannya Dia sendiri pun tetap dengan wajah yang bingung antara percaya atau tidak dengan mimpinya. Namun dia selalu menepis rasa ketidak percayaan tersebut. Kepercayaannya adalah Dewi tidak akan mungkin berbuat demikian. Barulah tenang pikirannya.
Di warung kopi kini Dewa duduk. Sambil bermain HP dan buka-buka Youtube. Suasana hatinya kini sedikit tenang tanpa ada gangguan. Walau pun sedikit-sedikit ada muncul kembali bayangan mimpi tersebut.
0 comments:
Posting Komentar