Rabu, 22 Januari 2020

Martabak Muslim

"Aku ingin martabak rasa cinta boleh? Karena aku hanya ingin merasakan cinta disetiap haluan yang masuk kedalam tubuhku." 

Pagi dengan mentari yang tertutup awan. Matahari itu terlihat seperti wanita yang sedang bercadar. Bersinar namun tidak bisa dilihat. Yah seperti itulah hayalan Dewa saat itu. Pernah berangan-angan memiliki calon Istri yang bercadar. Tapi sebatas angan-angan. 
"Waaaaaaaa" teriak temannya yang berada di teras depan kantor. Jika kalian tau drama film Indosiar sudah pasti tau bagaimana adegang memanggil seorang dengan gaya ngegas. hehe, ya seperti itulah. 
"Apaan sih triak-triak, ini dikantor tau. Baru juga magang beberapa hari" Lontar Dewa dengan kesal.
"hahaha slow boy, hayuk kita main" ajak teman Dewa yang ternyata bernama Dewi.
"Main kemana emang udah istirahat tah?" 
"belum sih, tapi bosen dalam ruangan mulu ga ada kerjaan nih" Keluh Dewi.
"Ya udah hayuk kita jalan keliling kota" sembari mengambil tas dan bergegas menuju parkiran.


 

"Ada yang lebih membosankan selain berada di ruang pekerjaan kekasih. Yaitu berada diruang rindu yang terus menyeka waktu dan mereka sendu"

Suasana kota yang ramai sangatlah membuat Dewa pusing juga menjadikan mereka berdua bingun kemana arah tujuan mereka selanjutnya. seperti arah jalan cinta mereka berdua tidak ada tujuan karena mereka saling bertemu dan saling merasakan tapi tidak pernah saling mengungkapkan. Dewa berhenti ditepian jalan. Dengan wajah yang sumringah ia mendengar hpnya berdering lalu melihat ada seseorang menelpon namun belum sempat mengangkatnya. Dewi melihat ke arah sebuah penjual martabak. Sepertinya wanita yang sedang memakai kerudung hitam itu ingin sekali makan martabak tersebut. 
"Dewa kita makan martabak aja dulu yuk" ajak Dewi.
"Emang siang-siang gini ada ya orang jualan martabak?" Jawab Dewa bingung.
"Ada itu di sana, ayok cepetan keburu lapar"
"Iya deh iya, otw"
Sampai mereka di tempat penjualan martabak tersebut. Martabak Muslim nama tempat jualan tersebut. Tiga orang berjualan dengan memakai jubah dan berjenggot panjang itu kini sudah berada di depan Dewa dan Dewi. Mereka berdua heran dan merasa aneh karena unik atau bagaimana Dewa dan Dewi pun melemparkan senyum kepada penjual martabak tersebut.
"Mas martabaknya satu kotak ya" Pesan Dewa tersenge-senge kepada penjual martabak tersebut.
"Salam dulu mas biar dapat sunnahnya. Waalaikumsalam, harap tunggu ya mas." Celetus pelayan penjual martabak tersebut. sembari menunggu Dewa dan Dewi merasa tidak nyaman karena terus-terusan diperhatikan.
"Mas sama Mbak masih kuliah ya belum menikah ya?"
"Iya pak, kebetulan sekarang magang di kantor depan sana"
"Mohon maaf ya mau tanya kalian hubungannya apa ya? kalau tidak ada hubungan apa-apa ada baiknya kalian jangan pergi berdua-duaan gitu. nanti jadi fitnah dan terjebak dalam zina maka dosa besar. jika sudah melakukan dosa besar maka nanti akan masuk neraka. Saya cuma mengingatkan saja sebagai muslim yang perduli pada saudara saya yang muslim. apalagi kalian dari universitas Islam. Kan malu jika dilihat orang lain masa anak UIN berdua-duaan gini."
apa yang diduga Dewa ternyata tepat. "Iya makasih pak sudah diingatkan" dengan cerdasnya Dewa melontarkan pertanyaan "Kita ibadah itu tujuannya apa ya pak?"
"Ibadah itu adalah perintah Allah SWT kepada kita. seperti yang difirmankannya sesungguhnya kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepadaku. kita beribadah untuk kebahagiaan kita dan bekal kita di akhirat nanti. agar sampai dengan selamat pada syurganya Allah SWT" pelayan penjual martabak tersebut menjelaskan.
"oh jadi ibadah itu untuk ke syurga ya pak"
"Iya mas, makanya jangan zina seperti kalian berdua ini kan zina, azab tuhan itu pedih loh apa kalian tidak takut"
"hehe saya ini pak manusia biasa doang. maklum ilmu agama kurang, ibadah saya tidak sehebat bapak yang berharap syurga. kalau saya mah takutnya ga takut sama neraka tapi saya takut sama tuhan saya pak. Juga ibadah saya tidak seperti bapak yang mendapat imbalan syurga. aku mah apa atuh, bisanya cuma berharap ketemu Dia bukan karena ingin syurga-Nya tapi ingi melihat wajah-Nya yang indah." Jawab Dewa sambil cengingisan.
pelayan tersebut tertegun sama jawaban tersebut. Martabaknya juga sudah selesai, Dewa dan Dewi pun pulang ke kantor setelah memberi sehelai uang dua puluh ribu rupiah.  "makasih ya pak" ucap Dewa sambil meninggalkan tempat itu dengan motor dan Dewinya.

"Sehebat apa pun engkau mencintai kekasihmu. Belumlah hebat jika engkau menuntut sesuatu kekasih. Cintailah dengan bebas, bebaskan diri dengan cinta. Duhai kekasih"

0 comments: