Kamu tidak menyangka? Setelah beberapa kali aku tidak ingin lepas dan terus mempertahankanmu, masih kau bilang tidak menyangka?
Jujur, setelah kejadian itu aku tahu betapa rumit nya perempuan. Ada kata-kata lagi dari Sujiwo Tejo:
"Jangan lari agar dikejar, jangan sengaja hilang agar dicari. Berjuang tak sebercanda itu kekasih"
Kau tidak sadar diri mu sepenting itu bagiku? Lalu setelah kau ingin pisah sekali pun aku tetap saja dengan pendirianku dengan menganggap mu sebagai orang yang selalu bersamaku. Tapi apa? Salah? Ya, aku mengaku salah. Kau bilang "aku tidak peduli padamu". Aku membenarkan itu. Kau bilang juga "sudah diberi kesempatan tapi tetap tidak berubah". Apa yang harus aku ubah? Kau hanya bisa marah, marah, dan marah.
Kontrol emosi mu! Itu yang selalu aku ingatkan kepadamu. Aku jadi ingat sebuah pepatah.
Jangan mengambil keputusan saat sedang marah dan jangan berjanji ketika sedang bahagia
Timbul kebingungan dalam diriku karena apa yang kau suruh ubah aku ubah. Kau suruh aku berubah menjadi A aku menjadi A. Kau suruh aku berubah menjadi B aku menjadi B. Tapi kenyataannya bagaimana? Kau suruh aku berubah menjadi A, lalu aku berubah menjadi A kemudian kau malah menginginkan yang B. Aku di sini kebingungan mengikuti semua apa yang kau mau. Aku bukannya enggan untuk nurut kepada mu. Aku terus berusaha menjadi apa yang kau mau. Tapi kemauan mu tidak terbatas.
"Seharusnya kesabaran itu seperti keinginan. Yang tidak ada batasnya" (Sujiwo Tejo)
Tapi sabar memang kalau dihadapkan dengan logika, pasti ada batasnya. Berbeda sabar yang berasal dari hati. Tiada batas bagi sabar yang murni dari nurani manusia.
Setelah diri mu memutuskan pergi, kau tau apa yang terjadi? Ketakutan ku yang hanya 1% sekarang sudah 0%. Aku tidak takut apapun selain Tuhan sekarang ini. Aku tidak takut disakiti. Aku tidak takut untuk tidak dianggap. Aku tidak takut jika tidak diperhatikan. Aku tidak peduli semua yang ada di sekitarku. Aku penyendiri dan sekarang bukan hanya penyendiri. Melainkan anti sosial yang luar biasa. Mengapa bisa terjadi? Aku memahaminya hanya satu. Perjuangan ku dalam membanggakan setiap orang selalu gagal. Baik itu untuk mu, keluarga ku, teman-teman ku, dan semua yang memiliki kontak langsung maupun tidak langsung dengan ku, aku adalah orang yang gagal membanggakan kalian.
Aku pesimis? Ini bukan hal pesimis atau optimis. Kau pernah mengikuti lomba panjat pinang? Tidak kan? Bagi dia yang berhasil sampai memanjat inang tersebut dia akan gembira dan bahagia. Tapi bagi dia yang tidak sampai memanjat pinang tersebut, dia hanya bisa menopang teman-temannya untuk sampai ke puncak dan menjadi pemenang. Itulah aku sekarang.
Aku sudah tidak peduli tanggapan orang aku dengan si A lah, aku dengan si B lah, bagi ku semua sama saja. Rasanya mustahil ada orang yang memilih hati seorang yang tidak romantis seperti aku ini, seorangbyang tidak pekaan, seorang yang selalu membuat kesalahan pada pasangannya. Wajar kau meninggalkan aku. Aku memang salah karena melihat orang atau laki-laki lain begitu gencar untuk mendapat kan mu. Sedangkan aku? Tidak ada yang tidak pasti bagiku selain kematianku sendiri.
Lihat saja nanti. Ya, lihat saja nanti. Kau mungkin melihat aku memiliki pasangan atau entah apalah itu. Tapi kau tidak akan melihat Cinta yang bisa dirasakan oleh orang selain engkau.
"Banyak orang pacaran, seabrek orang menikah. Namun hanya segelintir orang yang merasakan cinta"
Sebagai manusia yang mendahului logika, kau mana mungkin sampai paham bagaimana Adam dan Hawa dipertemukan, Romeo dan Juliet, Layla dan Qais, bahkan cintanya Rasulullah kepada istri-istrinya. Cintanya Rabiah Adawiyah. Cintanya Buya Hamka. Cintanya Jalaludin Rumi. Cintanya Ibnu Arobi. Cintanya Habibi kepada Ainun. Mereka menebar puisi dan kata-kata mutiara. Manusia banyak menikmati dan menggunakan kata-kata dan puisi mereka. Namun jika kau faham kalimat ini, aku pastikan kau baru tersadar tentang Mahabbah:
"Aku pecahkan botolku. Lalu Tuhan mengisi gelasku dengan anggur merah"
Kalimatku akan sangat sulit dimengerti kali ini. Karena ini tentang perempuan. Kalian tahu sendiri kan? Untuk memahami perempuan kau bisa-bisa menjadi seorang filsuf. Karena perempuan semisteri tasawuf dan serumit filsafat.
Terserah engkau mau beranggapan seperti apa. Terserah kalian semua mau menilai seperti apa. Innalilahi ya'lamu maa fish shuduur.
Jambi | 6 Agustus 2022
Oleh: Zulpasmi
0 comments:
Posting Komentar