Selasa, 14 Mei 2019

Ulama Akhirat dan Ulama Keji

Pilihan anda ulama akhirat atau ulama keji?






"jika enkau ingin melihat dimana ulama maka perhatikanlah perdamaian yang disebabkan bekas jejak kesejukan laku dan perkataannya" (zulpasmi)



Tidak dapat dipungkiri, Al-Qur'an dan Hadist mengakui dan menegaskan keutamaan orang yang berilmu, bahkan mereka memiliki derajat yang jauh lebih tinggi dibanding orang yang tidak berilmu. Namun, orang yang berilmu juga bisa menjadi orang yang paling hina dan paling celaka, sebagaimana sabda Rosulullah SAW yang artinya:

"orang yang paling berat saksinya pada hari kiamat adalah orang alim yang tidak diberikan manfaat oleh Allah dengan ilmunya"
Beliau juga bersabda: "siapa pun yang bertambah ilmunya, tetapi hidayahnya tidak bertambah maka ia hanya akan jauh dari Allah"

ketahuilah, orang alim yang memiliki kedalaman ilmu bisa terhalang dari keselamatan. ia bisa menjadi manusia yang celaka atau manusia meraih kebahagiaan abadi. Khalil ibn Ahmad berkata "Manusia dikelompokan dalam empat kelompok, yaitu orang yang tahu dan sadar bahwa dia tidak tahu. ini adalah kelompok orang yang alim. ikutilah mereka! kemudian, orang yang tahu tapi tidak sadar bahwa dia tahu. ini adalah kelompok orang yang tidur. bangunkanlah mereka! lalu, kelompok orang yang tidak tahu tetapi sadar bahwa dia tidak tahu. ini adalah kelompok orang yang mencari petunjuk. Ajarilah mereka! dan terakhir, kelompok orang yang tidak tahu dan tidak sadar bahwa dia tidak tahu. inilah kelompok orang yang bodoh. waspadailah mereka".

Diriwayatkan bahwa sufyan berkata "Ilmu akan dipanggil dengan amal. Jika menjawab ia pasti akan datang. dan kalau tidak, ia pasti akan pergi. Allah Berfirman:
"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami beri ayat-ayat kami, tetapi ia mundur dirinya"[Q.S. Al-A'raf: 175].

Itu adalah gambaran tentang orang yang berilmu yang tidak memberi manfaat dengan ilmunya. mereka hanya mendapatkan kehinaan dan kebinasaan. sebaliknya, ulama yang mendapatkan kemuliaan adalah yang tidak menginginkan dunia dengan ilmunya. mereka tidak menghendaki dunia dan tidak menjual agama demi mendapatkan dunia. siapa pun yang tidak mengetahui kemuliaan akhirat dan kerendahan dunia. siapa pun yang mengetahui perlawanan antara dunia dan akhirat serta bahaya yang mengancam hidupnya, berarti ia bukanlah alim. Dan barang siapa yang menyangkal kebenaran itu, berarti ia menyangkal kebenarang yang disampaikan Al-Qur'an, hadis, kitab-kitab yang diwahyukan, dan perkataan para nabi. Dan siapa pun yang mengetahui hal itu tetapi tidak mengamalkannya , berarti ia adalah tahanan setan.sungguh ia akan binasa akibat nafsunya. Lebih jauh, siapa pun yang mencontoh dan mengikutinya, pasti akan celaka. bagaimana mungkin orang celaka seperti itu termasuk dalam golongan ulama.

diriwayatkan bahwa tuhan berfirman kepada nabi Dawud "Tahukah engkau, apa yang kau lakukan kepada orang alim yang lebih memilih nafsunya ketimbang kecintaan kepadaku? sungguh aku akan menghalanginya dari nikmat munajat dengan-Ku. Hai Dawud, jangan pernah bertanya tentang aku kepada alim yang telah dimabuk dunia agar ia tidak menghalangimu dari jalan cinta kepada-Ku. mereka adalah penyamun hamba-hambaku. Hai Dawud, jika engkau melihat orang penuntut ilmu, jadikan dirimu sebagai pembantunya. Hai Dawud siapa pun yang kembali kepada-Ku dengan berlari, aku pasti akan menetapkannya sebagai orang yang mati syahid. Dan siapa pun yang-Ku tetapkan sebagai syahid maka Aku tidak akan menyiksanya dengan api"

Al-Hasan berkata: "siksa bagi para ulama adalah kematian hati, dan kematian hati disebabkan oleh kesibukan mencari dunia dan melupakan akhirat."  Umar r.a juga berkata "kalau kalian melihat orang alim mencintai dunia, pikirkanlah apa yang akan terjadi pada agama kalian! sebab, setiap orang yang mencintai akan menjadi bagian yang dicintainya".

Yahya ibn Muadz Al-Razi pernah berkata pada ulama ahli dunia "Hai orang yang berilmu, istana kalian adalah seperti istana kaisar (raja Romawi), rumah kalian seperti rumah kisra (raja Persia), pintu kalian seperti pintu zhahiri, sepatu kalian seperti sepatu jalut, kendaraan kalian serupa dengan kendaraan Qorun, bejana kalian seperti bejana Fir'aun, upacara pemakaman kalian layaknya seperti pemakaman jahiliyah, dan mazhab kalian adalah  mazhab setan. dimanakah syari'at muhammad?"

Seorang penyair bertutur:

"pengembala akan menjaga kambingnya dari binatang buas.
namun, apa jadinya si pengembala adalah binatang buas?"

Ada juga yang berkata:

"wahai para qari, wahai garam negri, garam tak pantas dipakai jika sudah rusak"

Selain itu, seorang yang alim harus menjadi teladan dalam kesederhanaan.tak sepatutnya orang alim hidup mewah baik dalam makanan, pakaian, tempat tinggal, dan apa pun yang berhubungan dengan hidupnya. dan seorang alim tidak akan bisa istiqomah dalam kesederhanaan jika tidak zuhud dari dunia. Juga, orang alim rak sepatutnya mendatangi penguasa dan orang kaya agar selalu terjaga dari fitnah.

Kemuliaan Akal
Akal merupakan sumber ilmu. karena itulah akal memiliki kedudukan yang mulia sebagaimana ditegaskan dalam sabda Nabi SAW:
"yang pertama kali diciptakan Allah adalah akal. kemudian Allah berfirman kepada akal. 'menghadaplah' dan akal pun menghadap. kemudian Allah berfirman lagi 'berbaliklah' dan akal pun berbalik. lalu Dia berfirman 'demi kemulaan dan keagungan-Ku, aku tidak menciptakan suatu makhluk pun yang lebih mulia bagi-Ku dari pada engkau. denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi, denganmu Aku memberi balasan, dan denganmu aku menyiksa"

hakikat akal adalah karakter yang disiapkan untuk menjangkau pengetahuan teoritis. akal bagaikan cahaya yang ditempatkan dihati. dengan adanya akal. manusia siap menggapai banyak hal. dan pencapaian setiap orang berbeda-beda sesuai karakternya masing-masing. Wallahu A'lam.

{Sumber:Imam Al-Ghazali, Intisari ihya ulumuddin, Bab Keutamaan Ilmu dan Belajar}

0 comments: