Agama hari ini banyak yang sudah digiring oleh opini-opini dan salin dibentur-benturkan antar penganutnya. Diantara sebagian mereka (kaum beragama), telah saling berolak belakang. Anatar satu dan yang lainnya hanya mencari pembenaran-pembenaran. Jika pun itu kebenaran, kebanyakan kebenaran yang mengikuti kebenaran orang lain tanpa wawasan dan pengetahuan dasar serta kearifan yang mendalam. Oleh sebab itu, banyak diantara kaum agamis ini menuhankan agamanya. Jika pun tidak, mereka telah menuhankan golongannya. Saling menyerang dan beradu argumentasi, memperlihatkan kebenarannya masing-masing. Ada yang mengatakan kebenaran itu harus dibuktikan. Pertanyaannya, kebenaran apa yang harus dibuktikan? Puncak kebenaran adalah cinta, dalam mencapai puncak terselubung rindu, saat pencapaian berhasil kesaksia akan kebenaran itu akan membungkam mulu kita sendiri. Terkadang kita butuh perenungan-perenungan. Kebenaran bukanlah hal yang perlu dipersidangkan, Dia (kebenaran) itu ada diantara rahasia-rahasia-Nya.
Setelah penulis lihat, diantara kau agamis yang menuhankan agama selalu saja mendakwahkan kebaikan-kebaikan dengan paksaan, apakah itu benar? Apakah hakikat agama itu? Jalankah? Atau tujuan?
Hai sebagian kaum beragama, berhentilah menuhankan agama. Beragamalah untuk mencapai Tuhan, sejatinya Tuhan adalah kebenaran yang sejati bukan sekedar pendapat sebagian organisasi. Kalian (kaum agama) inginkan surga? Jika iya, harusnya terus bisa mendekatkan diri pada Tuhan bukan mendebatkan diri tentang Tuhan. Kalian (kau agama) tidak ingin neraka? Jika iya, harusnya lebih bijaksana dalam menanggapi dan menerka-nerka setiap keburukan. Bukannya mereka (keburukan) harus diperbaiki?
Mari merasuki diri sendiri, mengenal alam sang sejati. Menjiwai agama bukan menuhankan agama. Mencintai sesama, keluhuran budi pekerti, dan menyembah Tuhan bukan agama maupun pendapat orang.
0 comments:
Posting Komentar